Keterangan : Eko Suprihatno sedang menjelaskan beragam jenis artikel di media massa (Dokumentasi Internal Doctrine UK)

ARTICLE

Notulis: Dyah Adi Sriwahyuni, PhD Candidate in Management, Queen Mary University of London

Menulis itu ibarat naik sepeda, tidak ada teorinya (Sudjojono, pelukis).

Jika tidak dipraktikkan, tentu tidak akan pernah bisa naik sepeda (Eko Suprihatno, redaktur opini Media Indonesia).

Menulis kolom opini media massa merupakan salah satu cara mahasiswa doktoral berbagi pengetahuan dan memberikan pencerahan ke masyarakat. Banyak pertanyaan terbersit, seperti tulisan apa yang dicari? Bagaimana sebuah tulisan ber peluang besar untuk dimuat? dan pastinya, apa ya tips ampuh untuk menembus kolom opini media massa Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Departemen Komunikasi dan Informasi, Doctrine UK melaksanakan kegiatan berjudul ‘Menembus kolom opini media massa’ yang dilaksanakan secara daring pada Minggu, 19 Maret 2023, pukul 12:30 – 14:30 GMT. Kegiatan ini menghadirkan narasumber, Eko Suprihatno, redaktur opini Media Indonesia yang sudah berkecimpung dalam dunia jurnalistik selama 30 tahun. Acara dipandu oleh Yohan Rubiyantoro, PhD Candidate in Educational Leadership, University of Nottingham. Berikut adalah ringkasan kegiatan secara garis besar, disertai dengan kodifikasi tanya dan jawab antara peserta dan narasumber.

Secara garis besar, sebuah artikel opini terdiri dari tiga bagian, meliputi pendahuluan, inti, dan penutup. Artikel opini bisa dimulai dengan kata-kata bijak, syair lagu, atau puisi, yang penting pendahuluan tersebut berkaitan dengan isi tulisan secara keseluruhan. Untuk menulis artikel yang panjang, cobalah membuat konsep tulisan, berupa poin-poin terlebih dahulu. Bisa juga penulis memulai dengan membuat term of reference (TOR). TOR menjaga agar tulisan tidak bias dan tidak melebar kemana-mana. Eko juga menjelaskan, ketika menulis jangan sampai terpotong, karena akan sulit meneruskan ide yang sudah ada di pikiran. Terkait metode penulisan, penulis dapat memilih antara deduksi atau induksi. Yang terpenting, sekali lagi Eko menjelaskan, artikel opini harus dimulai dengan hal yang menarik perhatian pembaca.

Di bagian inti artikel, penulis memaparkan pokok persoalan. Di bagian ini, penulis diminta untuk tidak lupa menggunakan data penunjang, misalkan dari buku, koran, media massa. Selain itu, data dapat berasal dari organisasi penyedia data seperti BPS, dan jenis rujukan lainnya. Penulis juga bisa mengambil data penunjang dari jurnal-jurnal ilmiah. Data penunjang ini sangat penting, karena data itulah yang nanti akan dianalisis. Kemudian, jangan lupa gunakan kutipan teori. Wajib hukumnya mengambil kutipan dengan menyebut sumbernya. Eko pun menegaskan jangan sampai artikel yang ditulis dianggap membajak karya orang karena tidak menyebut kutipan dengan baik dan benar.

Bagian terakhir dari artikel adalah penutup. Bagian ini berisikan kesimpulan penulis. Satu hal menarik disampaikan Eko untuk memberikan pemahaman mengenai bagian penutup ini. Bagian penutup di segmen berita tidak boleh membuat kesimpulan, karena kesimpulan itu sifatnya subyektif. Namun demikian, di dalam sebuah artikel opini, kesimpulan justru sangat diperlukan. Kesimpulan itu adalah hal puncak, dan menunjukkan hasil sebuah karya.

Enam Substansi Penulisan Artikel Opini Media Massa

Selesai menjelaskan bagian-bagian penting dalam sebuah artikel opini, Eko menerangkan enam substansi dalam penulisan. Pertama, substansi artikel harus aktual. Aktualisasi substansi artikel berarti sesuatu yang belum lama terjadi, atau masalah yang sedang dibicarakan di dalam masyarakat. Sebagai contoh, terkait isu pajak yang sedang menarik perhatian masyarakat saat ini. Contoh lain dari substansi yang aktual adalah tema pemilihan presiden pada 2024 mendatang yang mulai hangat dibicarakan. Ketika aktualisasi itu muncul, artikel itu akan menarik perhatian. Hal teknis yang penting, namun sering dilupakan penulis adalah ketika mengirimkan konsep tulisan ke media massa, subyek dalam surat elektronik harus menggambarkan topik atau judul tulisan. Hal ini akan memudahkan editor dalam menilai aktualisasi dari konsep tulisan.

Kedua, karya penulis harus orisinal. Plagiarisme tidak terampuni di dunia akademia dan juga penulisan di media massa. Ketiga, secara keseluruhan, tulisan harus memuat ide baru. Keempat, artikel harus penting dan menarik. Misalnya, terkait dengan keahlian penulis di bidang teknologi informasi, kira-kira isu atau topik apa yang menarik di dunia teknologi informasi UK. Kelima, artikel harus argumentatif. Bagian analisis dalam tulisan adalah tempat untuk argumentatif. Tulisan juga tidak hanya berdasarkan common senses, namun diperkuat dengan data terkait. Keenam, etika dalam menulis. Misalnya, jika menyentuh persoalan hukum, jangan membuat analisis atau kesimpulan, jika hukumnya belum inkrah. Penulis tunduk dan wajib menghormati asas praduga tidak bersalah.

Keterangan: Poster kegiatan (Dokumentasi Internal, Doctrine UK).

Teknik Penulisan Artikel Opini Media Massa

Selanjutnya, ada tujuh hal penting terkait dengan teknik penulisan artikel opini media massa yang harus diperhatikan penulis jika ingin konsep tulisannya memiliki kesempatan besar dipublikasikan di media massa.

  1. Judul harus menarik perhatian. Eko menganalogikan hal ini dengan teknik toko baju membuat ruang etalase. “Umpamanya, kalau kita jalan-jalan ke mal ingin beli baju, di depan toko ada ruang display. Bayangkan jika ruangan itu berantakan. Tentunya kita tidak ingin masuk toko itu. Display itulah judul artikel, ujarnya mempertegas.”
  2. Lead di paragraf pertama jangan terlalu panjang, cukup dua kalimat saja, tujuannya agar orang menjadi terikat.
  3. Penggunaan bahasa. Penulis harus bisa menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun, bukan berarti tidak boleh menggunakan bahasa asing. Kutipan bahasa asing/Inggris/daerah/lokal boleh digunakan, tetapi upayakan cari dan gunakan padanannya dalam bahasa Indonesia. Jika harus menggunakan kata dalam Bahasa Inggris, jangan lupa berikan artinya. Jangan biarkan pembaca mencari sendiri artinya.
  4. Sebaiknya satu kalimat tidak lebih dari 10 – 15 kata. Dan dalam satu paragraf, tidak lebih dari dua kalimat. Kemunculan anak kalimat akan membingungkan pembaca dan editor.
  5. Detail perlu, tetapi jangan terlalu banyak detail. Sebagai contoh, terlalu banyak data justru membuat tulisan tidak menarik. Detail perlu tapi tidak perlu selalu mewarnai setiap paragraf. Data yang paling kita butuhkan saja yang dimunculkan.
  6. Buatlah subjudul, untuk memberikan jeda pada pembaca.
  7. Gunakan ‘Jembatan’ antara paragraf. Untuk menghubungkan antar paragraf, bisa diawali dengan “sementara itu, beberapa hal yang bisa kita perhatian …” Ini dibutuhkan agar ada kesinambungan dengan paragraf sebelumnya.

Tips Penulisan Artikel Opini Media Massa

Sesi terakhir penjelasan Eko adalah tips penulisan artikel. Eko menyebutkan ada delapan tips menulis artikel.

  1. Harus rajin membaca dan menulis. Kita akan mendapatkan apa yang kita butuhkan dengan rajin membaca dan menulis.
  2. Tumpahkan ide. Jangan pernah ragu untuk menulis. Ide apa saja tuliskan. Ide bisa dituliskan dalam media apa pun, semisal secarik kertas. Ide juga bisa datang dari mana pun, bahkan saat mengendarai mobil. Jangan pernah menyimpan ide di dalam pikiran karena biasanya akan hilang. Ide itu mahal dan seringnya tidak datang dua kali. Jadi, segeralah catat!
  3. Tulislah untuk media sosial, lalu ke media massa. Tulisan di media sosial bisa dilakukan untuk melihat reaksi audiens. Reaksi ini bisa dijadikan masukan untuk melakukan editing, sebelum artikel disampaikan ke media massa.
  4. Mulailah menulis hal yang ringan. Menulis tentang kehidupan sehari-hari yang ringan bisa menjadi cara untuk melatih kemampuan menulis.
  5. Perhatikan ideologi media massa. Eko menegaskan bahwa hal ini sangat penting diketahui penulis. Jika konsep tulisan ditolak, kemungkinan tidak sesuai dengan visi misi dan ideologi redaksi. Kritik sepanjang tidak menyerang personal, tidak masalah. Asalkan tulisan itu dapat dipertanggungjawabkan. Menayangkan tulisan yang kritis dan konstruktif juga menunjukkan independensi media massa.
  6. Hindari kata-kata yang ‘dangerous’, seperti: ‘konyol’, ‘kontrol’, ‘titik’. Sebagai solusi, ‘kontrol’ bisa diganti dengan ‘pengendalian, pengawasan.’ Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan editing.
  7. Tulis artikel dengan bahasa populer yang mudah dipahami. Penulis jangan menggunakan bahasa yang biasa digunakan untuk menulis artikel di jurnal-jurnal ilmiah.
  8. Jangan membuat tulisan yang berpotensi multi tafsir. Tulisan multi tafsir sangat harus dihindari, karena bisa liar dan dimainkan dengan tidak sepatutnya. Ini juga menjadi alasan kenapa harus ada kesimpulan yang jelas.

 

Keterangan: Peserta kegiatan daring bertajuk menembus kolom opini media massa (Dokumentasi Internal, Doctrine UK).

Sesi Tanya Jawab (Questions (Q) and Answers (A)) antara narasumber dan peserta

Q1: Bagaimana proses komunikasi editor dan penulis? Apakah ada tema-tema prioritas dan favorit dari editor Media Indonesia? Bagaimana dengan isu-isu yang timeless? Apakah dimuat di situs web dan di koran cetak adalah dua proses yang berbeda atau saling berkaitan? Apakah disarankan untuk alamat surat elektronik pribadi atau kampus untuk orang yang belum pernah dimuat tulisannya?

A1: Komunikasi antara editor dan penulis dilakukan dengan menggunakan surat elektronik. Oleh karena itu, penulis harus mencantumkan curriculum vitae (CV) dan kontak yang aktif dapat dihubungi.  Setiap hari, editor opini Media Indonesia bisa menerima 20-25 surat elektronik, dan harus dibuka satu persatu. Oleh karenanya, subyek surat elektronik juga disarankan memberikan informasi yang jelas mengenai judul atau topik tulisan.

Aktualitas sangat penting dan itu adalah salah satu keharusan. Semisal, Senin sampai dengan jumat, isu-isu yang ditayangkan cenderung lebih serius, seperti korupsi. Sabtu dan minggu digunakan untuk mempublikasikan isu-isu yang lebih ringan. Namun demikian, meski topik tidak aktual, tapi penting dan tidak lekang waktu, misalnya kemiskinan, tetap akan menjadi perhatian editor. Terkait pertanyaan surat elektronik yang harus digunakan penulis, surat elektronik apa saja boleh digunakan, asalkan alamat surat elektronik tidak aneh-aneh atau sulit dibaca, sehingga dapat menyulitkan komunikasi antara editor dan penulis.

Q2: saya ingin artikel dapat terbit tepat pada tanggal 17 Agustus 2023, kapan konsep artikel harus masuk ke redaksi? Soal etika, tengah tahun lalu saya mengkritik organisasi sendiri. Ada atasan yang senang dan ada yang tidak, padahal saya ingin menunjukkan self criticism. Apakah hal ini akan mencederai organisasi atau saya sendiri? Saya tidak bisa menanggalkan identitas organisasi dan di sisi lain tidak bisa mendiamkan juga isu-isu yang menurut saya perlu mendapatkan pencerahan. Bagaimana tanggapan Mas Eko? Pertanyaan lainnya, tadi Mas Eko menyebut penulis harus tahu ideologi media massa tujuan, apa ideologi Media Indonesia?

A2: Sebaiknya konsep artikel bisa dikirimkan dalam 3-4 hari sebelum hari H penerbitan. Biasanya penulis akan mengirimkan satu pekan sebelumnya. Ketika dibutuhkan artikel opini yang cepat, biasanya kami minta orang yang menurut kami bisa menulis cepat.

Masalah etika, saya malah surprise, saudara berani melakukan autokritik terhadap lembaganya. Saya biasa terima dari Humas (hubungan masyarakat) organisasi, namun tidak mengenai kritik. Ketika muncul seperti itu, biasanya kami fine-fine saja. Terkecuali, kalau tulisan itu mengarah ke pembunuhan karakter atau menjelek-jelekkan, tentu tidak akan kami publikasikan. Kami tidak boleh menjadi alat pemukul. Oleh karenanya, jika sebuah tulisan sudah dimuat, itu berarti sudah memenuhi kriteria yang kami miliki.

Ideologi Media Indonesia adalah kebangsaan, menjaga persatuan. Pemiliknya pun sudah menjelaskan dan menyampaikan bahwa Media Indonesia menjaga NKRI. Saran saya secara umum, untuk mengetahui ideologi, baca editorial dan tajuk berita. Dua segmen itu paling valid memperlihatkan ideologi media massa. Sedangkan segmen Berita bisa jadi bertentangan dengan editorial.

Q3: Menyambung pertanyaan sebelumnya, mahasiswa doktoral memang dilatih untuk kritikal, namun tentunya kritik yang konstruktif. Konsekuensinya bisa jadi ada pihak-pihak yang tidak senang. Biasanya pun meski kalimat yang digunakan adalah netral, tetap ada ketidaksenangan, terutama dari people in power. Apa kira-kira konsekuensi terburuknya, apakah opini itu akan digugat? Apa rules of the game di media massa ketika ada pihak yang keberatan dengan artikel opini yang sudah dimuat media massa?

A3: Kritik semanis apa pun, tetap tidak enak terdengar dan dirasa. Biasanya ketika ada pihak berkeberatan, mereka dikasih hak jawab. Bukan penulis yang mengoreksi, karena tulisan yang dimuat oleh media massa sudah melewati proses editorial, artinya sudah sesuai dengan data dan fakta, dan analisis.

Q4: Kalau untuk artikel media massa apakah ada aturan untuk referensi?

A4: Jika ada data tentu wajib ada referensinya. Sumbernya apa, harus jelas dan dicantumkan. Namun, tidak perlu terlalu detail karena tidak enak dibaca. Kalau buku nggak usah dituliskan terlalu panjang lebar, cukup judul dan tahunnya. Akan lebih bagus disebutkan referensi di akhir, meskipun tidak dimunculkan saat dimuat tulisannya, semacam catatan kaki. Itu akan lebih asyik lagi.

Q5: Bagaimana menulis features, seperti fenomena kegiatan charity di UK? apakah ada contohnya dari Media Indonesia?

A5: Selain artikel opini, tulisan juga bisa masuk salah satu kategori ini; berita, features, atau rilis pers. Nanti saya kasih contohnya masing-masing. Secara umum, jangan menulis seperti menulis di jurnal ilmiah. Gunakan Bahasa ringan dan populer yang dapat dimengerti banyak orang. Saya mendorong teman-teman Doctrine UK untuk menyumbang ragam tulisan ke Media Indonesia, tidak hanya artikel opini saja. Pasti banyak pengalaman dan fenomena yang di UK yang dapat dibagikan dan bermanfaat untuk publik Indonesia.

Dokumen Presentasi : Berbagi Gagasan di
Media Massa, Pembaca Butuh Cerita di Balik Untaian Kata.

***

Keterangan : Artikel ini merupakan aset pengetahuan organisasi dengan nomor registrasi DOCTRINE UK No. 2023-03-10-Articles. Doctrine UK tidak bertanggung jawab atas pandangan yang diungkapkan dalam tulisan dan pandangan tersebut menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.