Sumber gambar : Diskusi Daring Doctrine UK

ARTICLE

Penulis : Made Yaya Sawitri, PhD Student in Social Policy, University of Bristol.

Dalam beberapa dekade terakhir, dorongan untuk melibatkan lebih banyak perempuan di dunia riset semakin besar. Meskipun kini lebih banyak perempuan berhasil menjadi bagian dari perguruan tinggi, namun masih banyak tantangan dan bias yang mempersulit tercapainya kesetaraan gender di dunia akademia. Oleh karena itu, dua klaster keilmuan Doctrine UK yakni klaster Policy and Development bersama dengan klaster Feminism and Development menyelenggarakan diskusi daring bertajuk “A feminist take on navigating the experience of being an Indonesian Female Scholar in the UK” pada hari Jumat, tanggal 27 Januari 2023 pukul 16.00 GMT. Narasumber yang diundang dalam diskusi ini adalah Dr. Soe Tjen Marching, seorang akademisi diaspora Indonesia yang kini menjadi bagian dari SOAS, University of London dan dipandu oleh Nita Yalina dari University of Leeds. Diskusi ini membahas bagaimana akademisi perempuan dapat menavigasi kehidupan sebagai seorang akademia.

 

 

Dr. Soe Tjen berbagi kisahnya mulai dari perjuangannya mengenyam pendidikan sebagai anak eks tahanan politik (tapol) di masa kepemimpinan Soeharto di Kota Surabaya. Hobinya membaca karya sastra kritis seperti Gadis Pantai karangan Pramoedya Ananta Toer berhasil menumbuhkan aspirasi Dr. Soe Tjen untuk menjadi seorang penulis feminis yang kritis dan objektif dalam penggambarannya terhadap fenomena sosial politik di Indonesia. Berkat kerja kerasnya, Dr. Soe Tjen berhasil melanjutkan S2 di Selandia Baru, dilanjutkan dengan Pendidikan S3 di Australia hingga akhirnya kini bekerja di Inggris.

Dalam diskusi, Dr. Soe Tjen juga berbagi perihal beberapa tantangan yang dihadapinya sebagai seorang akademisi perempuan yang berasal dari Asia. Tantangan terbesar, menurutnya, adalah rendahnya nilai publikasi berbahasa asing non-Eropa bagi perguruan tinggi di Britania Raya. Meski begitu, beliau tetap aktif menulis dalam Bahasa Indonesia, seperti terlihat dalam beberapa buku karangan beliau seperti Kubunuh Di Sini (2013), dan Logika: Bukan Hanya untuk Orang Pintar (2021). Ditanya perihal double burden berupa tuntutan dari pekerjaan dan masyarakat yang banyak dihadapi akademisi perempuan yang telah berumah tangga, Dr. Soe Tjen menekankan pentingnya pembagian tugas yang adil dan setara antara pasangan. Terakhir, Dr. Soe Tjen berharap agar para akademisi diaspora Indonesia senantiasa selalu melihat kondisi sosial-politik di nusantara secara objektif, kritis, dan menghindari keberpihakan terhadap penguasa. Jangan sampai kecintaan kepada nusantara hanya diartikan secara naif dalam kaca mata romantisme yang anti-kritik.

***

Keterangan:

Artikel ini merupakan aset pengetahuan organisasi dengan nomor registrasi DOCTRINE UK No. 2023-02-7-Articles. Doctrine UK tidak bertanggung jawab atas pandangan yang diungkapkan dalam tulisan dan pandangan tersebut menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.