ARTICLE

Penulis: Ayu Kusumastuti

Mahasiswi Doktoral bidang Sosiologi dan Kebijakan Sosial, University of Leeds

 

Fact or Myth? Does Gender Diversity in New Venture team Improve Innovation? Begitulah tajuk sesi diskusi penelitian pada Klaster Feminism and Development yang diselenggarakan secara online pada hari Minggu, 16 April 2023 pukul 15:00-16:30 BST dengan pembicara Nita Yalina sebagai narasumber, seorang mahasiswa doktoral pada Business and Management, University of Leeds. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka diseminasi awal hasil penelitian Nita dan diharapkan terdapat diskusi dan masukan dari peserta seminar, yang juga merupakan sesama mahasiswa doktoral di Britania Raya, untuk membantu pengembangan penelitian narasumber.

Dalam sesi awal diskusi, Nita memaparkan awal mula mengapa dilakukan penelitian yang berasal dari motivasi personalnya. Ia mengakui adanya diskriminasi sebagai seorang perempuan yang mencoba untuk bekerja sebagai seorang programmer. Perusahaan meminta dirinya untuk bekerja di divisi kerja lain, yaitu research and development dengan alasan menjadi seorang programmer perempuan dianggap tidak cocok karena sifat kerjanya yang demanding. Ia juga mengakui hal ini tidak hanya dialami oleh dirinya namun juga sebuah issue yang dianggap lazim bahwa perempuan tidak seharusnya mendalami dunia informasi teknologi dan terbukti perempuan selalu minoritas dalam sebuah perusahaan berbasis teknologi. Saat ini, berdasarkan pemaparan Women in Tech Network diketahui jika perempuan mengisi kurang dari satu pertiga tenaga kerja dunia di bidang yang berhubungan dengan teknologi. Lebih lanjut, hal ini menyebabkan kontribusi perempuan dalam inovasi teknologi cenderung tidak diakui.

Dengan mendalami penelitian-penelitian terdahulu, Nita menjelaskan jika penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat belum ada penelitian yang merujuk pada satu kesimpulan yang mengerucut untuk menjawab apakah keberagaman gender dapat meningkatan performa inovasi perusahaan berbasis teknologi dengan pendekatan kualitatif. Mengambil konteks di negara Indonesia, Nita menilai Indonesia sebagai new emerging country dengan jumlah perusahaan Start Up yang tinggi dapat memberikan gambaran yang bervariasi tentang kondisi keberagaman gender pada sebuah perusahaan berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk membangun teori berkenaan dengan keberagaman gender pada perusahaan IT dengan spesifik mengeksplorasi potensi, manfaat, hambatan, tekanan institutional dan kondisi internal pada perusahaan Start-Up.

Nita melakukan penelitian dengan pendekatan case study dan memilih 5 perusahaan Start Up untuk dilakukan wawancara.

Temuan awal Nita secara umum diketahui jika perusahaan yang mampu mengenali banyak hambatan, potensi, dan tantangan mereka dapat berinovasi dengan baik demikian sebaliknya. Lebih spesifik, dalam penelitian ini muncul 3 temuan utama yaitu: Pertama, hambatan dalam bentuk gender-balance applicant dimana perusahaan menganggap keberagaman gender menjadi indikator perusahaan dan memberlakukan positive discrimination dengan memasukkan pelamar perempuan meskipun tidak memiliki kapasitas yang memadai. Hal ini sebenarnya menjadi hambatan bagi bagi perusahaan itu sendiri. Kedua, balanced thinking sebagai manfaat bagi perusahaan yang memberlakukan keberagaman gender dikarenakan muncul perspektif yang berbeda yang bermanfaat untuk inovasi perusahaan. Ketiga, hambatan kultural dan normal sosial yang patriarkis menjadi challenges bagi perusahaan dengan beragam gender.

Kesimpulan awal dari penelitian ini adalah ditemukan jika beberapa perusahaan Start Up tidak memprioritaskan gender diversity dan norma patriarki masih menjadi tantangan. Nita menyarankan jika organisasi perlu menemukenali potensi, manfaat dan tantangan bagi mereka yang memiliki tim dengan beragam gender untuk meningkatkan inovasi.

Dalam sesi ini terdapat beberapa masukan dan pertanyaan dari peserta yang hadir. Pertanyaan tersebut berkenaan dengan konstruk teori yang digunakan meliputi teori yang akan dibangun, konsep dekonstruksi gender yang mungkin menjadi pilihan analisis dan menyoal teori masculinity and feminism trait. Pertanyaan lain juga menyoroti tentang karakter kasus yang diamati dan konsep diversity yang dimaksud.

Dalam hal ini Nita merespon pertanyaan berkenaan teori dengan menekankan jika penelitiannya akan membangun teori yang menghubungkan antara gender dan inovasi teknologi. Ditambahkan pula, penelitian ini akan men-challenge teori sebelumnya yaitu Social Role Theory dan Institutional Theory. Social role theory melihat bahwa individu memiliki sebuah peran sosial yang harus dipenuhi sesuai dengan ekspektasi dan norma yang berlaku di masyarakat. Ekspektasi masyarakat inilah yang dapat mendefinisikan dan membentuk perilaku individu dalam menjalankan peran sosialnya sesuai harapan-harapan masyarakat. Selaras dengan teori sebelumnya, Institutional Theory menekankan pada seperangkat aturan dan norma baik formal maupun informal dan juga tertulis ataupun tidak tertulis yang dapat mempengaruhi dan membentuk tindakan sosial individu. Dalam konteks penelitian ini, aturan dan norma yang disepakati dalam sebuah organisasi dapat mengatur perilaku individu dalam menjalankan tugas atau peran sosialnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan organisasi. Teori ini terlihat kurang cukup dalam membedah kompleksitas fenomena yang hadir dalam keterkaitan gender dan inovasi perusahaan Start Up di Indonesia. Teori ini akan didialogkan kembali secara mendalam dengan data yang muncul di lapangan untuk membangun kerangka teoritik baru berkaitan dengan gender dan inovasi teknologi.

Nita juga menjelaskan jika melakukan pendefinisian ulang atas konsep keberagaman gender perlu dilakukan. Dalam merespon pertanyaan selanjutnya, Nita menekankan jika kasus yang diamati berjumlah lima kasus dengan komposisi gender yang bermacam macam. Lebih lanjut, penelitian ini menekankan pada perusahaan yang berbasis inovasi digital dan memfokuskan pada diversity pada gender, bukan perbedaan pada ras, agama, ataupun usia. Hal ini dilakukan karena perbedaan gender melalui stereotype yang dihasilkan ini terlihat paling nyata pada temuan di lapangan sekaligus memudahkan untuk proses analisis komparasi. Hasil diskusi ini menjadi masukan yang konstruktif untuk membangun dan menguatkan kembali analisa-analisa yang dilakukan untuk menghasilkan kesimpulan akhir. 

***

Keterangan:

Artikel ini merupakan aset pengetahuan organisasi dengan nomor registrasi DOCTRINE UK No. 2023-04-13-Articles. Doctrine UK tidak bertanggung jawab atas pandangan yang diungkapkan dalam tulisan dan pandangan tersebut menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.