Sumber: freepik.com

ARTICLES

Penulis: Wicaksono Febriantoro, PhD in Culture, Communication and Media (Educational Technology) di University College London

“Pendidikan, seperti yang saya simpulkan, harus dibuat inklusif serta memungkinkan setiap orang untuk unggul. Ini karena tidak ada seorang pun yang bisa bebas dari disabilitas (dalam berbagai bentuknya)” ~Taufiq Effendi

Topik tentang disabilitas sangat menarik untuk dibahas. Konsep inklusivitas yang menekankan bahwa setiap siswa bagaimanapun kondisinya harus mendapat kesempatan yang sama untuk belajar, pada praktiknya belum tentu dapat diterapkan dengan baik. Oleh karena itu, Taufiq Effendi (mahasiswa doktoral tahun pertama pada Language Education di Queen’s University Belfast) berminat mengambil topik perihal dampak berkelanjutan literatur dalam pemahaman guru bahasa Inggris terhadap disabilitas serta praktik pedagoginya. Dalam kesempatan ini, Senin 9 Januari 2023, Taufiq berkesempatan sebagai narasumber pada sesi research sharing di dalam Klaster Keilmuan DOCTRINE-UK: Education yang dimoderatori oleh Ketua Klaster, Corry Caromawati (mahasiswi doktoral tahun ketiga pada Languange Education, University of Leeds). Acara ini dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama yaitu pemaparan dari narasumber dan terakhir sesi diskusi/tanya jawab.

Pada awalnya Taufiq memaparkan bahwa beliau ingin riset yang berkaitan dengan homebase yaitu English Literature dan kemudian mulai berkomunikasi dengan supervisor. Awalnya Taufiq merasa agak bingung dan diminta untuk menyesuaikan dengan expertise di kampus Belfast hingga sampailah dalam topik tersebut. Bagaimana literatur dapat memberikan dampak pada guru bahasa Inggris terkait pemahamannya terhadap disabilitas dan dampak praktisnya dalam praktik pedagogi.

Taufiq menambahkan banyak hasil studi menunjukkan dampak literatur terhadap pemahaman seorang murid secara langsung. Dalam sebuah studi terkait intervensi kelas, guru ingin siswa memperlihatkan positive attitude terhadap peer dengan disabilitas, jadi mereka menggunakan literatur dan memulai diskusi bagaimana siswa bersikap dengan siswa disabilitas di dalam satu kelas yang sama. Immediate impactnya (dampak secara langsungnya) kebanyakan positif (siswa menunjukkan simpati, sikap yang positif dan dapat merefleksikan disabilitas dalam pengalaman masing-masing), akan tetapi sejauh pemahaman Taufiq belum ada yang mencoba meneliti sustainable impact (dampak berkelanjutan/jangka panjang), apakah dampak yang terlihat secara langsung ini akan bertahan dalam jangka panjang (misal 1 tahun setelah intervensi dilakukan).

Oleh karena itu menindaklanjuti temuan awal tersebut, Taufiq tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Sejauh mana literatur tentang disabilitas dapat memiliki dampak berkelanjutan pada praktik pedagogi guru bahasa Inggris?“ Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut Taufiq merencanakan eksperimen sebagai berikut:

  1. Grup Eksperimen dan Grup Kontrol, treatment berupa online reading club, eksperimen diberikan novel tentang disabilitas sedangkan kontrol grup diberikan buku teks tentang disabilitas. Partisipan yang disarankan supervisor yaitu Mahasiswa Master TESOL tingkat akhir yang akan mulai praktik magang mengajar.
  2. Grup Eksperimen dan Grup Kontrol, treatment berupa training tentang disabilitas, eksperimen menggunakan novel tentang disabilitas sedangkan grup kontrol tidak menggunakan novel tersebut. Partisipan yang disarankan supervisor yaitu Mahasiswa Master TESOL tingkat akhir yang akan mulai praktik magang mengajar.

Dalam kedua jenis usulan eksperimen tersebut, setelah eksperimen dilakukan akan dilakukan diskusi antara fasilitator dengan partisipan, diskusi tersebut direkam, ditranskripsi dan dianalisis untuk mengetahui feedback spontan dari siswa. Satu tahun kemudian data akan diambil kembali untuk melihat bagaimana pola pikir siswa dan implementasinya ketika mengajar. Data akan didapatkan melalui observasi kelas serta dokumen analisis (lesson plan) untuk melihat sejauh mana mereka memasukkan prinsip inklusivitas dalam pembelajaran.

***

Sesi Q and A

Sesi berikutnya yang tak kalah menarik yaitu diskusi/tanya jawab antara peserta research sharing dengan narasumber.

Q1 Iza

Iza: Rencana Penelitian yang sangat menarik, disability researcher yang meneliti tentang disabilitas. Akan tetapi apakah menurut anda ada bias disini? bagaimana cara menghindari subjektivitas? Kemudian terkait partisipannya student teacher kah? apakah ada batasan disabilitas di level mana yang akan diteliti (primary school/secondary/etc)?
Taufiq: Pertanyaan yang bagus. Supervisor menyarankan untuk merekrut researcher lain untuk menghindari bias, researcher tersebut akan menjadi fasilitator reading club/disability training session dan akan berperan dalam pengambilan data. Jika reading club juga di-handle oleh Taufiq, maka dampak treatment akan menjadi tidak jelas, apakah perubahan sikapnya karena researcher atau karena novelnya. Taufiq disini akan berperan lebih ke analisis data. Akan tetapi perlu diingat bahwa khususnya dalam penelitian kualitatif, subjektivitas akan tetap ada. Terkait partisipan, Taufiq menjelaskan bahwa masih belum jelas dan belum ada feedback dari supervisor, rencana awal fokus guru bahasa Inggris.

Q2 Yasser

Yasser: Bagaimana riset ini dapat menangkap apakah treatment dapat membawa perubahan pada aspek pedagogi? sedangkan yang dianalisis adalah hasil diskusi paska reading club?
Taufiq: perlu instrumen lain untuk melihat aspek pedagogi melalui observasi, diskusi akan mencoba menggali dengan pertanyaan misal apakah pernah mengajar siswa disabilitas? Akan dilakukan juga pre dan post-test menggunakan instrumen dari WHO. Lalu setelah 1 tahun (setelah siswa tersebut mengajar) akan diukur kembali dan dilakukan diskusi kembali.
Yasser: Saran ketika resource terbatas, judul dapat disesuaikan, misalkan pengaruhnya pada pedagogical understanding.
Taufiq: Terima kasih, semua bagian masih memungkinkan berubah atau disesuaikan

Q3 Corry

Corry: Pertanyaan terkait intervensi yang akan dilakukan, berapa lama waktunya ? berapa total partisipan ?
Taufiq: Untuk detail intervensi masih akan didiskusikan dengan supervisor, partisipan usulan nya Mahasiswa MA TESOL Belfast dan reading club akan dilaksanakan secara face to face, mahasiswa tersebut berasal dari berbagai negara dan nanti akan dilihat apakah ada pengaruh dari negara masing-masing? pelaksanaan reading club dilakukan oleh fasilitator (bukan peneliti).

Q4 Ahmad

Ahmad: Untuk ruang lingkup literatur berarti terbatas pada novel saja ya? apakah ada kriteria tertentu dari novelnya, genrenya, dsb, temanya tentang disabilitas atau harus ada karakter utama yang memiliki disabilitas atau novel yang temanya pendidikan atau tentang siswa dengan disabilitas? apakah ada bukti di penelitian lain tentang literatur (novel) bisa punya dampak terhadap perilaku seseorang?
Taufiq: Kriteria utamanya disabilitas sebagai karakter utama dalam novel tersebut karena banyak dan beragam novel, akan tetapi sebagian mempertahankan stereotip disabilitas yang negatif (lemah, jadi beban, tidak mampu). Penelitian sebelumnya banyak, guru memilih storybook yang ada disabilitasnya, reading aloud, hasilnya rata-rata positif. Fokusnya ketika implementasi di kelas, jangan sampai pedagogi tidak menyesuaikan. Setiap anak punya keunikan masing-masing dengan kebutuhan yang berbeda.

Sesi diskusi ditutup dengan sharing perihal systematic literature review (SLR), bahwa setiap komponen dari penelitian kita dapat dijadikan SLR serta dapat dipublikasikan. Taufiq sendiri sudah berencana untuk melakukan SLR untuk mendukung risetnya akan tetapi masih ada sedikit kendala teknis, saat ini beliau masih menggunakan screen reader, sehingga belum maksimal. Kendala lainya yaitu ketika pencarian dalam basis data misal Web of Science, SCOPUS, Taufiq masih merasa kesulitan dalam melakukan pencarian sendiri tanpa bantuan.
Terakhir, salah satu insight yang dapat diambil dalam sesi kali ini yaitu setiap orang punya keterbatasan, dalam berbagai bentuknya. Oleh karena itu, dalam kelas inklusif, peran guru sangat penting, punya empati yang tinggi untuk bersama-sama membimbing murid dengan keunikan masing-masing.

“Setiap orang unik. Kamu pasti punya cara/strategi-mu sendiri untuk memecahkan masalah” ~Taufiq Effendi

 

 

***

Keterangan:

  • Artikel ini merupakan aset pengetahuan organisasi dengan nomor registrasi DOCTRINE UK No. 2023-02-4-Articles.
  • Doctrine UK tidak bertanggung jawab atas pandangan yang diungkapkan dalam tulisan dan pandangan tersebut menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.