Temui Mahasiswa S3 di London, Gubernur BI Berdiskusi tentang Riset Layanan Perbankan

LONDON. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berdiskusi dengan para mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi S3 di Inggris. Para mahasiswa doktoral tersebut memaparkan sejumlah hasil riset (research showcase) tentang ekonomi perbankan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh kantor Perwakilan BI London, Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK) dan Indonesia Society-City University of London.

Muhammad Rifky Wicaksono, anggota Doctrine-UK yang melakukan riset hukum perbankan memaparkan risetnya yang berjudul ‘Memperkuat daya saing keuangan Indonesia melalui layanan perbankan digital: Memetik pelajaran dari Inggris’. Kandidat doktor bidang hukum di University of Oxford tersebut menegaskan pentingnya keamanan data nasabah di era bank digital. “Data ialah sumber daya yang sangat bernilai bagi dunia perbankan, namun peredarannya harus diatur ketat agar tidak merugikan nasabah,” ucapnya melalui keterangan tertulis, Senin (14/11).

Berdasarkan hasil risetnya, Rifky menyarankan empat praktik baik yang dapat diterapkan perbankan Indonesia dari pengalaman bank sentral di Inggris. Pertama, memperluas layanan perbankan kepada seluruh lapisan masyarakat. Kedua, menyusun kebijakan perbankan yang berbasis luaran. Ketiga, mengadakan forum terbuka dengan semua pelaku industri. Keempat, membuat aplikasi induk yang terintegrasi untuk seluruh layanan perbankan.

Gubernur BI merespon bahwa di tengah era digital saat ini, bank tetap harus menjalankan bisnis sesuai prinsip kehati-hatian, taat terhadap peraturan dan mengutamakan layanan serta kinerja (performance). “Data nasabah sangat berharga dan rentan bocor. Oleh sebab itu, harus ada struktur hukum yang kokoh terlebih dahulu untuk melindungi data nasabah,” ucap Perry yang juga memberikan kuliah umum bertema Bank Sentral, Transformasi Digital dan Pemulihan Ekonomi Indonesia Paska Covid-19. 

Perry juga memaparkan inovasi BI untuk mendorong layanan digitalisasi perbankan melalui Quick Response Indonesian Standard (QRIS). QRIS sangat efektif mendorong digitalisasi UMKM dan pertumbuhan ekonomi keuangan syariah. “Kami berhasil menggabungkan QR code berbagai perusahaan ke dalam platform QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional. Hanya 16% usaha yang belum bergabung ke dalam platform pembayaran yang terintegrasi ini,” ucapnya. 

Kegiatan yang digelar di kampus City University of London tersebut juga menghadirkan Aulia Syakhroza, seorang diaspora Indonesia yang menjadi tenaga pengajar di Bayes Business School. Selain itu, terdapat sejumlah mahasiswa S3 lainnya yang memaparkan hasil riset mereka. Antara lain Imaddudin Abdullah dan Mayang Rizky, kandidat doktor di Kings’s College London. Masing-masing meneliti tentang industrialisasi di Indonesia, dan pekerja informal di dalam emerging economy.

Gatot Subroto, Ketua Doctrine-UK yang merupakan organisasi mahasiswa doktoral Indonesia se Inggris Raya menambahkan bahwa kegiatan research showcase akan terus dilakukan. Ini merupakan ikhtiar untuk menjembatani hasil riset para mahasiswa S3 di Inggris langsung dengan pemangku kepentingan. “Jadi hasil riset yang mereka paparkan dapat langsung ditanggapi. Mahasiswa doktoral mendapat input langsung dari praktisi di bidangnya. Sebaliknya, para pemangku kebijakan mendapat masukan dari kami berbasis hasil riset, data dan pengalaman sejenis di Inggris,” ucapnya.

Tentang Kami

Doctrine- UK atau Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK) adalah sebuah sebuah organisasi independen, yang mempersatukan seluruh mahasiswa doktoral Indonesia dari berbagai universitas di Inggris Raya. Sekretariat organisasi kemahasiswaan ini berada di London. Para mahasiswa ini melakukan riset di berbagai bidang, antara lain ekonomi, sosial, teknik, seni, budaya, dan lainnya.

Narahubung

Ketua
Gatot Subroto, wa.me/+447568784512

Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi
Yohan Rubiyantoro, wa.me/+447903027839